Minggu 6 A / II 2020
Putra Sirakh 15:15-20; 1Korintus 2:6-10, Matius 5:17-37
Manusia selalu dihadapkan dengan pelbagai pilihan dalam hidup. Setiap pilihan yang dibuat mengandung konsekwensinya sendiri. Pilihan yang bijaksana selalu lahir dari sebuah pertimbangan yang matang. Atas pilihan itu sudah dipikirkan peluang dan tantangan yang bakal terjadi. Allah menganugerahkan akal budi dan nurani kepada manusia, untuk membantunya dalam membuat pilihan hidup yang bebas dan baik. Setiap kita harus menjadi “tuan”atas hidup kita sendiri. Kita perlu memberi tempat dan kesempatan bagi Allah untuk membimbing dan menuntun kita, tujuannya agar kita sanggup membuat pilihan yang tepat.
Banyak orang mengalami kesulitan, tantangan bahkan keterpurukan dalam hidup karena “mengabaikan Tuhan”. Di saat kita tidak lagi mengandalkan Tuhan dan menomorduakan-Nya dalam hidup, serentak pada saat itu, kita mulai berjalan dalam kesulitan dan ketidakmenentuan. Bersama Tuhan, hidup kita aman terlindungi. Untuk orang yang selalu berjalan bersama Tuhan, kesulitan dan tantangan seberat apa pun akan berubah menjadi berkat. Andaikan anda termasuk dalam kelompok orang yang mengabaikan dan menomorduakan Tuhan, belum terlambat untuk mengubah dan memberi tempat bagiNya. Berilah tempat buat Tuhan, biarkan Dia yang berada di depan, di samping dan di belakang kita. Aku aman Tuhan, ada bersamaMu. Yah, memang betul kita aman ada bersamaNya. Yesus selalu mengajak kita “marilah kepadaKu kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan rasa lega kepadamu” (Mat: 11:28).
Penegasan Putra Sirakh
“Tuhan tidak memerintahkan siapapun untuk berdosa. Kesungguhan / kemauan adalah jalan untuk mencapai perubahan. Pilihan yang kita ambil, akan menentukan dalam hidup untuk mencapai kebahagiaan. Sungguh besar kebijaksanaan Tuhan. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang takut kepadaNya. Segenap perkerjaan manusia Tuhan kenal” ( bdk Sirk 15:15-20).
Dalam teori memotivasi orang (empowerment), kemauan adalah kunci untuk segala sesuatu dalam hidup. Kemauan menjadi motor untuk sebuah perubahan, kesuksesan serta kebahaaiaan dalam hidup. Kemauan yang kuat serta menghidupi kemauan itu, adalah cara untuk mencapainya. Seperti pribahasa “di mana ada kemauan di situ selalu ada jalan”. Itu berarti kunci untuk sukses dan memperoleh sukacita dalam hidup yaitu diri kita sendiri. Kita harus menjadi “tuan” atas hidup sendiri. Kemauan yang kuat sangat menentukan seseorang dalam mengambil keputusan dan menghidupi keputusannya. Keputusan yang benar dalam hidup, keluar dari sebuah kesungguhan bukan dari sebuah keputusasaan atau sesuatu yang dibuat secara tergesa-gesa karena kekecewaan atau kemarahan. Keputusan yang matang lahir dari sebuah kesungguhan.
Kalau sudah ada kemauan dan kesungguhan maka langkah berikutnya adalah jalan bersama Tuhan. Kebijaksanaan Tuhan tidak pernah terbatas, mataNya selalu tertuju kepada orang yang setia kepadaNya dan Ia mengenal setiap apa yang dikerjakan manusia (Sirk 15:19). Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk mentaati perintah-perintahNya. Ia juga menghendaki agar manusia melaksanakan perintah-perintah Tuhan dalam hidup. Kasih dan kebijaksanaan Tuhan akan senantiasa menyertai setiap orang yang “takut” / setia kepadaNya.
Penegasan dari Santo Paulus
“Sejak dahulu kala Allah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita. Hikmat Allah tersembunyi dan rahasia, sudah ada sejak awal penciptaan. Semua hikmat disediakan bagi orang yang mengasihi Tuhan. Segala sesuatu dinyatakan kepada kita dalam Roh” (bdk 1Kor 2:6-10)
Rahmat dan kebaikan Tuhan selalu berlimpah kepada semua orang yang mengasihiNya. Rahmat Tuhan tidak pernah berkurang. Semakin Ia menganugerahkan rahmatNya kepada manusia, semakin rahmat itu bertambah. Semakin rahmat diberikan kepada manusia, rahmat yang sama itu selalu menggandakan dirinya. Itu artinya; setiap kali kita menerima berkat Tuhan, kita harus bersyukur kepadaNya dengan membagikan berkat itu kepada sesama di sekitar kita. Kekayaan rohani semakin dibagi, ia menjadi semakin bertambah bahkan berlipatganda. Agar kita kaya secara rohani maka mari kita terus membagi serta menyalurkan semua berkat yang telah Tuhan berikan kepada kita kepada sesama.
Kekayaan rohani yang kita miliki sangat banyak, hanya mungkin kita tidak menyadarinya sebagai sebuah kekayaan, karena kita lupa untuk bersyukur. Misalnya; senyum alamiah yang kita berikan untuk orang lain, itu kekayaan yang membuat orang senang. Kata-kata posetif, berupa dukungan, apresiasi dan pujian kepada orang lain; itu akan membuat orang lain semakin termotivasi untuk melaksanakan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Sikap-sikap posetifyang kita miliki, seperti menghormati orang lain siapa pun dia, tanpa perhitungan suku, bahasa dan agama akan membuat orang lain semakin bersikap posetif terhadap dirinya dan orang lain. Itu adalah kekayaan yang membuat orang selalu bersyukur dan menjadikan dirinya sebagai saudara dari yang lain, siapa pun dia.
Mari kita berjuang untuk menggantikan kata-kata negatif yang biasa kita ucapkan untuk diri sendiri dan orang lain, dengan kata-kata posetif agar sukacita dan kedamaian menjadi milik semua orang yang berkehendak baik. Misalnya, awal pembicaraan kita mulai dengan
- kata “masalahnya” (negatif) diganti dengan “kenyataannya” (posetif),
- kata “saya tidak bisa” diganti dengan ”saya belum bisa”,
- bodoh sekali diganti dengan “ perlu belajar lebih banyak lagi”, dll.
Kata-kata dan sikap-sikap posetif akan membantu kita untuk menjadi orang yang selalu berpikir posetif. Dan pada gilirannya akan menjadi orang yang selalu disukai oleh yang lain. Kita dibantu untuk menjadi orang yang berkarakter posetif. Banyak motivator hebat, mereka digemari orang karena mereka selalu memberi energi posetif kepada orang lain, melalui kata-kata posetif yang diucapkannya. Dukungan pertama yang orang butuhkan yaitu kata-kata posetif / energi posetif dari kita untuknya. Kata-kata posetif akan mengubah orang, sedangkan kata-kata negatif akan membuat orang tidak berkembang, kerdil dan bahkan menjadi pembangkang.
Penegasan dari Yesus
Yesus menggugah kesadaran kolektif pendengarNya, tentang apa yang sudah ada dalam tradisi Yahudi (dalam tradisi nenek moyang dan leluhur mereka). Tradisi yang diturun-temurunkan selalu mengandung nilai yang menjaga “kebaikan umum” dalam suatu wilayah di mana tradisi itu hidup. Tradisi selalu mencakupi wilayah, orang dan waktu tertentu. Yang diwariskan dari tradisi adalah “nilai-nilai” untuk mempertahankan kebaikan bersama dari orang-orang yang diikat oleh tradisi itu. Sesudah Yesus menyampaikan Sabda Bahagia serta ajakan untuk menjadi garam dan terang dunia di awal Injil Matius bab 5, lalu Ia melanjutkan dengan mengingatkan kembali beberapa poin penting tentang hukum Taurat.
“Aku datang untuk menggenapinya Kitab para nabi dan hukum Taurat. Sebelum lenyap langit dan bumi…satu iota / titik pun dari hukumTaurat tidak akan dilenyapkan. Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik dari ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Jangan membunuh: jangan berkata kafir kepada yang lain, jangan berkata jahil, jangan mendendam dan harus berdamai. Jangan berzinah (mengingini saja sudah berzinah dalam hati). cungkil matamu, penggal tanganmu kalau itu yang membuat kamu berdosa. Jangan cerai (karena akan memudahkan orang untuk berzinah). Jangan bersumpah palsu, peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan. Jika ya, katakan ya, dan jika tidak, katakan tidak” (bdk Mat 5: 17-37).
Dengan mengingatkan para pendengarNya pada apa yang sudah disampaikan oleh Musa; Yesus mau menegaskan bahwa Ia datang agar semua yang baik yang telah diwartakan dan dihidupi oleh leluhur bangsa Israel harus tetap dipertahankan dan dihidupi dengan semangat baru, yang disempurnakan oleh Yesus. Yesus kembali menegaskan pentingnya kerendahan hati, saling menghormati satu sama lain, berbicara benar serta hidup benar setiap waktu. Dalam hidup, kita mesti berlomba-lomba untuk berbuat baik dan memperlakukan satu sama lain sebagai “saudara kembar” kita. Orang yang suci hatinya selalu melihat Allah dalam setiap peristiwa hidupnya. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Hati yang suci adalah tempat Allah bersemayam. Hati yang suci selalu melihat orang lain sebagai saudaranya dan tanda Allah yang hadir serta menyapa hidupnya.
Orang lain turut membentuk dan memberi arti untuk hidup kita. Itulah alasannya agar jangan terlalu egois dan sombong dalam hidup ini. Mari kita lihat kenyataan ini:
Lahir : ditolong orang lain
Nama : diberi oleh orang lain
Pendidikan : didapat dari orang lain
Gaji : diberikan oleh orang lain
Kehormatan : diberikan oleh orang lain
Mandi Pertama : diberikan oleh orang lain
Mandi terakhir : diberikan oleh orang lain
Harta sesudah meninggal : menjadi hak orang lain
Pemakaman : dilakukan oleh orang lain
Ternyata sejak lahir sampai meninggal kita selalu membutuhkan orang lain. Dalam hidup ini kita membutuhkan orang lain: “di mana kehebatan kita”? Ternyata kita bukanlah “siapa-siapa” tanpa orang lain. Bersahabatlah dengan semua orang karena pada suatu saat nanti mereka akan menjadi “sesuatu” untuk kita. Kita berarti dalam hidup ini karena ada orang lain. Orang lain memiliki peranan penting dalam membentuk karakter diri kita.
Bagaimana dengan anda? Apakah dirimu sampai saat ini menjadi saudara yang baik untuk sesamamu? Jawablah itu dengan jujur, karena dengan jawabanmu akan menentukan siapa kamu yang sesungguhnya.
Comments